Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendekatan Pembelajaran


A. Pendekatan Kooperatif (Kerjasama)

Menurut Helmiati (2012), pendekatan pembelajaran mencerminkan sudut pandang, keyakinan, dan asumsi kita tentang bagaimana proses pembelajaran seharusnya berlangsung. Pendekatan adalah dasar konseptual yang menjadi landasan, sumber inspirasi, penguat, dan pijakan bagi metode pembelajaran. Contohnya, dalam konteks keterampilan berbahasa, kita meyakini bahwa kemampuan berkomunikasi tidak dapat diperoleh tanpa praktik berbicara, sehingga kita menerapkan pendekatan komunikatif. Dalam hal ini, guru dalam pembelajaran bahasa perlu menggunakan metode yang memungkinkan siswa aktif terlibat dalam penggunaan langsung bahasa yang diajarkan, yang dikenal sebagai Direct Methode/ Thariqah Mubasyarah. Oleh karena itu, pendekatan adalah sebuah keyakinan, asumsi, dan cara pandang terhadap pembelajaran yang memerlukan penerapan metode dan strategi untuk diwujudkan.

Pendekatan pembelajaran adalah cara atau metode yang digunakan oleh pendidik atau instruktur untuk mengajar konsep, keterampilan, atau pengetahuan kepada peserta didik. Pendekatan ini mencakup berbagai strategi, teknik, dan metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dan memfasilitasi pemahaman serta penerimaan informasi oleh peserta didik. Tujuan dari pendekatan pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman, retensi, dan aplikasi pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan.

Pendekatan Kooperatif (Kerjasama) dalam pembelajaran berasal dari gagasan bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang sulit jika mereka bekerja sama, berbagi ide, dan berdiskusi dengan teman-teman mereka. Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dengan aspek sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi unsur kunci dalam pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif mencerminkan konsep kehidupan bermasyarakat dan ketergantungan alami manusia pada orang lain. Dalam pembelajaran kelompok kooperatif, siswa diajarkan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab, sehingga yang lebih berkompeten dapat membantu yang kurang berkompeten. Hal ini mendorong minat, motivasi, dan kepercayaan diri siswa karena mereka tidak hanya bertanggung jawab secara individu, tetapi juga menekankan kebersamaan. Selama proses pembelajaran ini, siswa juga belajar untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi.

Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai metode belajar berkelompok yang terstruktur, di mana lima unsur kunci adalah saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi personal, keterampilan bekerja sama, dan proses kelompok. Dalam konteks ini, siswa bekerja bersama-sama untuk mengonstruksi konsep, menyelesaikan tugas, memecahkan masalah, atau mencapai tujuan bersama, bukan hanya duduk bersama dalam kelompok dan mengandalkan satu orang untuk menyelesaikan semua pekerjaan.

Menurut Suherman dkk (2003), beberapa syarat penting dalam pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dalam kelompok harus merasa sebagai bagian dari tim dengan tujuan bersama, menyadari bahwa masalah adalah masalah kelompok, dan berkomunikasi aktif dalam diskusi masalah yang dihadapi. Selain itu, kelompok yang efektif biasanya terdiri dari 4-5 anggota yang beragam dari segi kemampuan, gender, dan karakter, dengan kontrol dan fasilitasi dari guru, serta melibatkan tanggung jawab kelompok berupa laporan atau presentasi.

Pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah manfaat, termasuk peningkatan prestasi akademik, hubungan sosial yang lebih baik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Model ini juga dapat membantu siswa dalam pengembangan penghargaan diri, empati, kemampuan sosial, dan tanggung jawab pribadi. Selain itu, pembelajaran kooperatif menciptakan suasana kelas yang positif dan mendukung pertumbuhan siswa secara individu maupun kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen, di mana penilaian lebih berfokus pada kelompok daripada individu. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan pembelajaran siswa baik secara akademik maupun sosial. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga memberikan bekal bagi siswa untuk bekerja dalam tim dan berkontribusi secara efektif di tempat kerja di masa depan.

Referensi:

Helmiati, H. (2012). Model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.