Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran di mana siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan terkait topik pembelajaran. PBL menempatkan siswa dalam situasi nyata dan kontekstual yang mengharuskan mereka untuk berpikir kritis, berkolaborasi dengan teman sekelas, dan menemukan solusi kreatif untuk masalah yang diberikan. 

Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam sebuah proyek untuk menghasilkan suatu produk. Proses ini dimulai dari tahap perencanaan, pembuatan rancangan, pelaksanaan, hingga pelaporan hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaannya. Dalam model pembelajaran ini, perhatian utama diberikan pada proses pembelajaran jangka panjang, dimana siswa terlibat secara aktif dalam berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, serta belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata. Selain itu, model pembelajaran ini bersifat interdisipliner dan memungkinkan siswa menjadi pelaku utama dalam merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Berikut adalah pengertian model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut beberapa ahli: 

  • Menurut Savery dan Duffy (1995), Problem Based Learning ( PBL ) adalah suatu model pembelajaran yang memerlukan siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang berasal dari dunia nyata atau konteks sosial. Pembelajaran ini melibatkan peran aktif siswa dan pembelajaran terjadi dengan cara penemuan, eksplorasi, dan pengalaman.
  • Menurut Barrows (1986), PBL adalah suatu metode pembelajaran yang terfokus pada masalah, di mana siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu. Pembelajaran ini melibatkan penemuan mandiri dan pemecahan masalah secara aktif, dan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang bermakna.
  • Menurut Hmelo-Silver (2004), PBL adalah suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang relevan dengan dunia nyata. Pembelajaran ini melibatkan refleksi, eksplorasi, dan penemuan mandiri oleh siswa, dan menuntut pemahaman konseptual yang lebih dalam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang berasal dari dunia nyata atau konteks sosial. Pembelajaran ini melibatkan peran aktif siswa dan pembelajaran terjadi dengan cara penemuan, eksplorasi, dan pengalaman, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang bermakna.

Berikut adalah rincian langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning:

  • Identifikasi masalah atau pertanyaan

  1. Tentukan topik atau materi yang ingin dipelajari oleh siswa
  2. Identifikasi masalah atau pertanyaan terkait dengan topik tersebut yang menarik dan relevan bagi siswa.

  • Penelitian

  1. Siswa melakukan penelitian untuk mengumpulkan informasi dan sumber daya yang relevan untuk membantu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan.
  2. Siswa harus diberi arahan yang jelas tentang sumber daya apa yang harus mereka cari dan bagaimana mereka harus mengevaluasi informasi tersebut.

  • Kolaborasi

  1. Siswa dikelompokkan dan berkolaborasi dalam kelompok untuk membangun pemahaman bersama dan menyusun rencana untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan.
  2. Siswa harus didorong untuk saling berbagi informasi dan ide.

  • Presentasi

  1. Siswa mempresentasikan solusi mereka, baik secara lisan maupun tertulis.
  2. Siswa harus didorong untuk mendiskusikan pemahaman mereka dengan kelas dan memberikan umpan balik satu sama lain.

  • Evaluasi

  1. Pembelajaran dievaluasi untuk menilai sejauh mana siswa telah memahami materi dan mampu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan yang diberikan.
  2. Evaluasi dapat dilakukan melalui tes, proyek, presentasi, atau tugas lainnya.

Dalam penerapan PBL, penting bagi guru untuk menjadi fasilitator pembelajaran dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan. Selain itu, guru juga harus memberikan arahan dan umpan balik yang jelas untuk membantu siswa dalam merumuskan solusi dan memperbaiki keterampilan mereka dalam pemecahan masalah.

Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu sebagai berikut:

Kelebihan:

  1. Memperkuat keterampilan pemecahan masalah: PBL menekankan pada pembelajaran yang aktif, di mana siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas-tugas yang realistis. Ini membantu siswa untuk memperkuat keterampilan pemecahan masalah mereka.
  2. Meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa: Dalam PBL, siswa diberi kesempatan untuk belajar dari pengalaman nyata dan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini membuat siswa lebih termotivasi dan lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
  3. Meningkatkan keterampilan sosial: Dalam PBL, siswa harus bekerja dalam kelompok dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah. Ini membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi, kerjasama, dan kepemimpinan.
  4. Mengintegrasikan pengetahuan: Dalam PBL, siswa harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah. Ini membantu siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan mereka dari berbagai disiplin ilmu dan menerapkannya dalam situasi yang relevan.

Kekurangan:

  1. Membutuhkan waktu: PBL membutuhkan waktu yang lebih lama untuk disiapkan dan diimplementasikan dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional. Hal ini karena PBL melibatkan persiapan masalah atau pertanyaan yang relevan, serta dukungan untuk siswa yang sedang bekerja dalam kelompok.
  2. Memerlukan keterampilan pengajar yang tepat: Pengajar perlu memiliki keterampilan yang tepat dalam PBL, seperti kemampuan untuk mendesain masalah atau pertanyaan yang relevan, kemampuan untuk mengarahkan dan mendukung kelompok siswa, serta kemampuan untuk memberikan umpan balik yang efektif.
  3. Memerlukan sumber daya yang cukup: PBL membutuhkan sumber daya yang cukup, seperti sumber daya pembelajaran yang relevan, ruang belajar yang sesuai, dan dukungan teknologi yang diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran.
  4. Tidak semua siswa cocok: Beberapa siswa mungkin tidak cocok dengan metode pembelajaran yang lebih mandiri dan tidak terstruktur seperti PBL. Siswa yang membutuhkan struktur dan panduan yang lebih kaku mungkin kesulitan dalam mengikuti PBL.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan dalam kurikulum merdeka saat ini. Kurikulum merdeka dirancang untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi sekolah dan guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa mereka.

Model ini sangat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Karena siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, yang dapat disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan lokal. Selain itu, PBL juga dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan sosial, dan integritas akademik yang sesuai dengan nilai-nilai kurikulum merdeka.

Namun, perlu diingat bahwa PBL juga memerlukan sumber daya yang cukup dan keterampilan pengajar yang tepat untuk diimplementasikan secara efektif. Oleh karena itu, sebelum mengadopsi PBL, sekolah dan guru perlu memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya dan keterampilan yang cukup untuk mendukung implementasi PBL yang efektif dan berhasil.

Referensi:

Barrows, H. S. 1986. A taxonomy of problem-based learning methods. Medical education, 20(6), 481-486. https://doi.org/10.1111/j.1365-2923.1986.tb01386.x

Hmelo-Silver, C. E. 2004. Problem-based learning: What and how do students learn?. Educational psychology review, 16(3), 235-266. https://link.springer.com/article/10.1023/b:edpr.0000034022.16470.f3

Savery, J. R., & Duffy, T. M. 1995. Problem Based Learning: An Instructional Model and Its Constructivist Framework. Educational Technology, 35(5), 31–38. http://www.jstor.org/stable/44428296